Meski kini mengusung kapasitas mesin lebih kecil dari generasi sebelumnya, ternyata setelah diukur power mesinnya secara on wheel di atas mesin dyno, tenaga maksimum dapur pacu Honda New Mega Pro (NMP) lebih tinggi lo dibanding Mega Pro lama yang notabene cc-nya lebih gede.
Tercatat horse power-nya tembus 11,85 dk di putaran 8.200 rpm di atas mesin Dynojet 250i buatan Amerika. Sedang torsi puncak terukur 11,16 Nm 6.700 rpm. Sementara max power Mega Pro lama hanya sekitar 11,13 dk di 8.500 rpm dengan torsi maksimum 11,61 Nm di 6.250 rpm. Artinya tenaga maksimum NMP lebih tinggi 0,72 dk dibanding Mega Pro versi sebelumnya.
Pastinya banyak faktor yang mendukung pencapaian prestasi tersebut. Salah satunya penerapan sistem pengapian multimap pada CDI yang disanding dengan throttle position sensor (TPS). Kata bagian technical service PT Astra Honda Motor (AHM) waktu peluncuran perdananya di Sentul, Jabar beberapa waktu lalu, sistem pengapian NMP menganut 12 macam mapping pengapian.
“Mapping pengapian sebanyak itu akan berganti-ganti sesuai kondisi mesin. Ngebacanya lewat putaran mesin dan bukaan throttle karburator,” terang Sarwono Edhi, technical service training manger AHM. Mirip deh, kayak di motor injekasi. Sayang Edhi mengaku belum mendapat data mapping-nya seperti apa dan tercipta di kondisi putaran mesin dan bukaan throttle seperti apa.
Namun begitu, lanjut Edhi, pada sasarannya penerapan multimap tersebut bertujuan untuk mengejar efisiensi bahan bakar. Karena menyangkut kemampuan menentukan titik bakar yang ideal sesuai kondisi mesin saat itu. Tapi bahwa dampak bisa meningkatkan performa mesin, ya jelas ada. Karena jika waktu pembakarannya tepat, sudah pasti daya ledak di ruang bakar kan makin hebat. Sehingga sudah pasti tenaga maupun torsi akan lebih baik.
Throttle position sensor (TPS) bertugas membaca bukaan throttle dan mengirim out put berupa tegangan ke CDI | Grip gas diurut sama dipelintir mendadak, mapping pengapiannya beda-beda |
Oh iya, karena menganut kurva pengapian yang terbilang banyak itu, membuat beberapa produsen CDI aftermarket lumayan dibikin pusing tujuh keliling dalam mencari dan menetukan kurva pengapian yang ideal untuk motor ini.
“Soalnya mapping pengapianya beda-beda di tiap kondisi bukaan throttle. Diurut pelan-pelan sama dipelintir mendadak, kurva pengapiannya juga beda. Makanya butuh riset yang tidak bisa sebentar,” tutur Heri dari bagian technical service PT Trimentari Niaga selaku produsen CDI merek BRT saat ditemui tengah meriset produk ini.
By: www.otomotifnet.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar